Jumat, Oktober 21, 2011

Ath-Thiyaroh

Ath-Thiyaroh (Mempercayai Tanda-tanda Keberuntungan Dan Kesialan)
Yaitu merasa sial dan pesimis. Allah SWT berfirman:
“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran mereka berkata : “Ini adalah karena usaha kami.” Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab orang yang besertanya.” (QS. Al-A’raaf : 131)

Kebiasaan orang ‘Arab zaman dahulu, apabila seseorang ingin melakukan sesuatu, seperti musafir dan yang semisalnya, ia menangkap seekor burung kemudian melepaskannya. Jika burung itu terbang ke kanan ia merasa optimis dan meneruskan rencananya. Dan seandainya burung itu terbang ke kiri ia merasa pesimis dan mengurungkan niatnya. Nabi SAW telah menjelaskan hukum perbuatan ini dalam sabdanya : “Ath-Thiyaroh (merasa sial dengan tanda) itu adalah syirik.” (HR, Ahmad :1/389. Lihat : Shahih Al Jami’ : 3955)


Dan yang termasuk dalam keyakinan terlarang yang menafikan kesempurnaan tauhid ini, menghubungkan kesialan (rasa pesimis) dengan bulan-bulan tertentu, seperti tidak mau menikah pada bulan Shafar. Atau dengan hari-hari tertentu, seperti keyakinan bahwa hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas yang berkepanjangan, nomor-nomor tertentu seperti nomor 13, nama-nama dan orang-orang cacat. Misalnya, apabila seseorang ingin pergi membka tokonya, dan dalam perjalanan ia melihat seseorang yang matanya buta sebelah, ia langsung merasa pesimis dan sial sehingga kembali ke rumahnya, dan yang seumpama itu. Semua itu adalah diharamkan dan merupakan perbuatan syirik. Dan sesungguhnya Nabi SAW telah berlepas diri dari mereka ini, sebagaimana dalam sabdanya :

“Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan thiyaroh atau melakukan baginya, dan orang yang melakukan perdukunan atau dilakukan baginya,” ‘Imron berkata : “Saya kira beliau juga berkata : “Atau melakukan sihir atau dibuatkan baginya.” (HR. Ath Thabarani. Al Kabir : 18/162. Lihat : Shahih Al Jami’ : 5435)

Siapa yang terjerumus dalam salah satu dari perbuatan di atas maka kaffarot (penebus)nya adalah apa yang disebutkan dalam hadits Abdullah bin ‘Amr, bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Barang siapa yang membatalkan rencananya disebabkan thiyaroh, sesungguhnya ia telah berbuat syirik. Para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, apa kaffarotnya?” (Rasul) menjawab : “(Kaffarotnya) ialah membaca : “Ya Allah tiada keberuntungan selain keberuntungan yang datang dari-Mu, tida kesialan selain kesialan yang Engkau taqdirkan dan tiada ilah (tuhan) selain Engkau.” (HR. Ahmad :2/220. Lihat As Silsilah Ash Shahihah : 1065)

Rasa pesimis dan sial memang merupakan tabi’at jiwa yang dapat turun naik kadarnya. Terapi yang paling utama adalah tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud RA : “Tiada seorangpun dari kami kecuali dalam dirinya merasakan yang demikian, tetapi Allah menglilangkannya dengan tawakkal.” (HR Abu Dawud : 3910. Lihat As Silsilah Ash Shahihah : 430).

(Sumber : Buku Larangan-Larangan Yang Terabaikan karangan Muhammed Sholeh Al Munajjid) Sutaryo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar