Wonogiri di sekitar antara tahun enampuluhan sampai tahun
tujuhpuluhan terkenal daerah miskin dan rawan pangan sehingga ada sebagian masyarakat
untuk mempertahankan hidupnya sampai mengkonsumsi nasi bekatul yang selayaknya
hanya untuk pakan ternak. Namun Alhamdulillah dengan Ridhlo Allah SWT serta
kerja keras masyarakatnya yang tidak mudah menyerah maka kerawanan pangan
Insyah Allah sudah tidak ada lagi. Untuk mengatasi kerawanan pangan
masyarakatnya sudah sejak dahulu sudah melaksanakan vareasi makanan misalnya
nasi tidak hanya terbuat dari beras tetapi juga dari singkong dan jagung.
Untuk bernostalgia makanan khas Wonogiri ada sebuah Rumah Makan (Rumah
Makan Pak Eko) di Desa
Bulusulur Kecamatan Wonogiri Kota yang menyediakan masakan khas tempo dulu seperti Nasi Tiwul, Nasi Jagung serta kuleman (urap) yang khas tempo dulu.
Bulusulur Kecamatan Wonogiri Kota yang menyediakan masakan khas tempo dulu seperti Nasi Tiwul, Nasi Jagung serta kuleman (urap) yang khas tempo dulu.
Terkenal
dengan Nasi Tiwul juga Nasi Jagung untuk daerah Kecamatan Ngadirojo, Sidoharjo
dan Girimarto terkenal Kuleman Gunung ( urapan yang didapat dari tanaman daerah
pegunungan),
beraneka jenis makanan khas tersedia di Wonogiri. Kacang Mede(
Mete) merupakan
makanan yang berasal dari biji buah Jambu Mede (Jambu Mete) yang memang banyak
terdapat di wilayah Wonogiri (khususnya Kecamatan Ngadirojo). Sedangkan Emping
Melinjo merupakan
makanan yang berasal dari biji buah Melinjo. Biji buah dikupas, lalu disangrai
kemudian ditumbuk
sampai berbentuk lempengan kecil. Kedua jenis makanan ini disajikan setelah
terlebih dahulu digoreng sampai kecoklatan. Ada pula Cabuk adalah makanan yang berasal
dari ampas pembuatan minyak dari biji Wijen yang dicampur dengan merang
padi yang dibakar (lodo) sehingga berbentuk pasta berwarna hitam.
Mengolah cabuk ada dua macam :
1. Langsung
dibuat sambal cabuk dengan campuran garam, gula jawa, cabe rawit, bawang putih
dan daun kemangi.
2. Dibuat
pepesan cabuk dengan campuran garam, gula jawa, cabe rawit, bawang putih dan
kemangi kemudian dibungkus dengan daun pisang kemudian dipanggang diatas bara
api.
Selain Cabuk di Kecamatan Ngadirojo, Sidoharjo, Girimarto
dan Jatisrono juga terkenal dengan Tempe Mlanding (bahan dasar biji Lamtoro/
Mlanding) yang biasanya diolah menjadi sambal goreng tempe mlading dengan
campuran cabe besar hijau, petai, dan tahu. Ada juga yang diolah menjadi Besengek tempe mlanding dengan
campuran daun tangkil dan cabe rawit hijau serta santan kelapa. Ada juga tempe
yang terbuat dari Koro Benguk dengan sebutan tempe benguk dapat juga digoreng
dan dibuat besengek.
Masih ada lagi makanan bernama "Pindang", ini berasal dari tepung tapioka
dan bekatul yang
dimasak dengan daging kambing (biasanya bagian kepala, kikil dan jerohan kambing)
serta ramuan bumbu dapur, yang terkenal di Kecamatan
Ngadirojo tepatnya di Dusun Sidokriyo Desa Kerjo Lor. Saat pagi hari juga sering dapat dijumpai Kue
Serabi, Kue Kelepon dan Kue Cucur, Ketan tumbuk (Jatah Jojoh)
serta kue Ketan Oran, Tempe goreng tepung di
Pasar Kota Wonogiri dan tempat lainnya di berbagai kecamatan di wilayah
Wonogiri.
Makanan
khas lain adalah Bakso dan Mie Ayam Wonogiri yang memiliki citarasa khas, oleh
sebab itu di Jakarta maupun di luar Pulau Jawa banyak sekali Tukang Bakso atau Mie Ayam dari Wonogiri. Adakalanya
di suatu desa hanya didiami oleh orang tua (kakek dan nenek) dan anak-anak usia sekolah, dikarenakan orang
tuanya banyak yang merantau ke luar daerah.
(Sutaryo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar